Jumat, 10 Agustus 2012

Pendidikan Ku

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencanan dalam membimbing dan mengarahkan anak didik dalam mengembangkan potensi EQ,IQ,ES dalam diri anak didik untuk menjadikan pendewasan sehingga mengetahui apa yang sebelumnya tidak diketahui dan memahami apa yg sebelumnya tidak dipahami untuk dirinya, bangsa dan negara. Pendidikan bukan hanya bersifat formal yg menjadikan anak didik berkembang namun pendidikan non formal akan menyeimbangkan kemampuan formal dan informal. Itulah sejatinya pendidikan yang aku bayangkan... banyak orang mengtahui arti dan hakikat pendidikan secara lisan namun bagaimana dengan implementasinya..., apakah kebohongan dengan berdasarkan alasan kebaikan dapat diterima dalam pendidikan. Kejujuran dalam menjalankan amanah dan totalitas dalam proses pendidikan adalah modal awal untuk membuat pendidikan yang diidam-idamkan. Bagaimana dengan wajah pendidikan ku saat ini.... jika mencari yang salah maka tidak ada yang ingin disalahkan... semua mempunyai argumen yang tepat dalam pelaksanaannya. Inilah realita yang nyata..., tidak di pungikiri dan tidak juga di tutup-tutupi. Saat membahas tetang pendidikan seakan ada yang hilang ... yaitu... "moral dan etika" Semua sudah berjalan dengan benar pada posisinya... tinggal bagaimana kesadaran dari semua elemen untuk mengerti pentingnya pendidikan untuk menciptakan generasi yang tangguh.

Strategi Peningkatan Mutu

I. Definisi Yang dimaksud dengan Strategi adalah upaya yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan Mutu dapat diartikan Sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan/kebutuhan seseorang/kelompok (sallis 2000). Pendididikan Adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, Keperibadian, Kecerdasan, Akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya dan masyarakat. Dalam peningkatan mutu pendidikan tentunya membutuhkan strategi yang baik dalam menjalankan upaya mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Untuk membuat strategi tersebut membutuhkan pemimpin dan manajemen yang baik dalam pelaksanaannya. Pemimpin Menurut Greenberg dan Baron adalah individu dalam suatu kelompok atau oraganisasi yang memiliki pengaruh lebih pada orang lain. Sedangkan menurut Permadi, Pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi perilaku orang-orang lain untuk mempercai tujuan tertentu. Manajemen dalam bahasa Inggris berdasarkan kata “Manajemen” ditulis “Management” yang memiliki pengertian sebagai : 1. Control and organization of a bussinis,stc 2. Sing in people mange a bussinis 3. Skillfull treatment Manajemen adalah : 1. Proses penggunaan sumber daya (manusia, dana, bahan, mesin, dan lain-lain) secara efektif demi mencapai sasaran 2. Pemimpin yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi. Manajemen merupakan kegiatan atau proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpin, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya Organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sekolah adalah Lembaga Pendidikan formal yang didalamnya terdapat masyarakat pendidikan yang meliputi Kepala sekolah, Guru, Siswa, Administrasi dan Wali murid. II. Prosedur Perencanaan Setiap kegiatan memiliki prosedur untuk mencapai apa yang dicita-citakan, Prosedur dalam perencanaan adalah cara yang ditempuh oleh para perencana untuk merealisasikan usahanya agar dapat terwujud suatu konsep perencanaan. Prosedur perencanaan adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam proses perencanaan. Perencanaan Partisipatoris Kata partisipatoris berasal dari kata partisipasi yaitu pelibatan seseoarang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Perencanaan Partisipatoris berarti perencanaan yang melibatkan beberapa orang dalam suatu kegiatan. Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat Lembaga pendidikan (sekolah dan perguruaan tinggi) adalah milik masyarakat, dan berada ditengah-tengah masyarakat. Lembaga pendidikan adalah suatu sistem yang tertenun dalam suprasistemnya. Terdapat hubungan yang sangat erat antara lembaga pendidikan dengan masyarakat disekitarnya, yang mengharuskan keduanya menjalin kerja sama, saling memberi dan saling menerima. Tanpa ada kerja sama,sebenarnya lembaga pendidikan telah kehilangan sebagian fungsinya, begitu pula halnya dengan masyarakat. Lembaga pendidikan tidak lagi berfungsi sebagai penerang dan pembaruan masyarakat. Kotler merumuskan proses hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat sebagai berikut; (1) identifikasi manusia-manusia kunci dimasyarakat, (2) perhatikan angan-angan dan pikiran mereka terhadap lembaga pendidikan dengan kontak-kontak secara kebetulan, (3) rumuskan tujuan hubungan lembaga dengan masyarakat yang tepat dengan angan-angan dan pikiran mereka,(4) nilai efektivitas biaya program itu,dan (5) implementasikan dan nilai hasilnya. Komunikasi antara lembaga pendidikan dengan masyarakat merupakan realisasi teori common sense dalam komunikasi, bukan teori kompetisi atau teori kontrol. Ada 3 kepercayaan yaitu (1)orang tua punya hak untuk memahami keadaan lembaga pendidikan, (2) pengetahuan atau pemahaman dapat membuat hubungan baik antara lembaga pendidikan dengan masyarakat, dan (3) hubungan baik tersebut akan memperbaiki sikap dan belajar para siswa/mahasiswa. Hubungan yang baik antara lembaga pendidikan dengan masyarakat atas dasar common sense dengan komunikasinya yang lancar memberi peluang yang besar kepada para perencana melaksanakan perencanaan partisipatori. III. Desentralisasi Desentralisasi secara umun dapat diartikan sebagai penyerahan sebagian wewenang pimpinan kepada bawahan atau penyerahan sebagian wewenang organisasi pusat kepada organisasi dibawahnya (organisasi Daerah). Dalam Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, desentralisasi diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonomi. Dalam system persekolahan model desentralisasi ini dimulai dengan diberikannya kewenangan sekolah untuk mengelola dan mengatur system pendidikan yang sesuai dengan kondisi sekolah dan masyarakat setempat. Secara umum dapatlah dikatakan bahwa yang desentralisasi itu adalah seluruh keputusan yang memiliki pengaruh langsung pada siswa, misalnya : Keputusan tentang program-program pendidikan, keputusan tentang kurikulum, keputusan tentang alokasi waktu dan keputusan instruksional umum ( candoli dalam ibtisam abu duhou, 1999, SBM, h.18) Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas maka dalam manajemen dan alokasi sumber daya bertumpuh pada satu sistem yang lebih memungkinkan yakni manajemen Berbasis Sekolah. hal ini diperlukan karena disamping tuntutan masyarakat, juta tuntutan pemerintah dan orang tua. IV. Manajemen Berbasis Sekolah Slamet mengartikan MBS sebagai pengorganisasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara otomatis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan kelompok berkepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan (partisipatif). Teori manajemen ilmiah (Scientific management) yang merupakan karya besar dari frederich winslow taylor (1856-1915), menekankan pada keberadaan perencanaan bagi suatu keberhasilan perusahan. Ia berkesimpulan bahwa << Hasil yang memuaskan oleh suatu perusahaan adalah melaksanakan pekerjaan yang sudah direncanakan>> lebih memungkinkan untuk digunakan dalam sistem pembelajaran. (dalam pengertian guru membuat perencanaan belajar secara bijak, baru melaksanakannya dalam pembelajaran) H.Imron Rosyidi mendefinisikan Manajemen Berbasis Sekolah adalah Suatu cara untuk memaksa sekolah mengambil tanggung jawab sendiri atas apa yang terjadi pada anak, menurut jurisdiksinya dan mengikuti sekolahnya . Konsep ini menegaskan bahwa ketika sekolah itu sendiri dibebani dengan pengembangan total program kependidikan yang bertujuan melayani kebutuhan-kebutuhan anak dalam meningkatkan sekolah. Dengan konsep MBS personil sekolah akan mengembangkan program-program yang lebih menyakinkan karena mereka mengetahui para siswa dan kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat pendidikan yang terlibt didalamnya. Hallinger, murlhy dan hausman (1992) menekankan MBS pada usaha-usaha untuk mendesentralisasikan organisasi dan penyelenggarakan pendidikan serta memberdayakan infrasuktur agar lebih dekat dengan para siswa dan ruang kelas (yakni para guru, orang tua, dan kepala sekolah) menciptakan peranan dan tanggung jawab baru bagi para pelaku dari sistem tersebut, dan mentrasformasikan proses belajar mengajar yang dikembangkan di ruang kelas. Akan tetapi dalam MBS terdapat satu keharusan seluruh komponen sekolah untuk berpartisifasi penuh dalam menyiapkan dan melaksanakan program sekolah. MBS menuntut partisipasi lebih besar dari staf dan para orang tua dalam proses pembuatan kebijakan dan keputusan disekolah. Atau dalam pengertian lain disebut desentralisasi. Manajemen Berbasis Sekolah adalah hasil mengadopsi konsep menajemen moderen di dunia Industri, konsep MBS dapat mengabarkan sifat-sifat otonomi didunia pendidikan. Inisiatif manajemen Berbasis Sekolah adalah salah satu usaha yang komprehensif dan lebih maju dengan memasukkan ciri utama : 1. Peranan yang kuat, walaupun tetap terfokus bagiotoritas pusat sistem pendidikan yang responsive terhadap kebutuhan nasional sesuai dengan ekonomi global 2. Sekolah negri sebagian besar menjadi manajemen mandiri sesuai dengan kerangka yang ditentukan pusat. Namun perbedaan antara sekolah negri dan swasta menjadi menipis 3. Perhatian terhadap penyediaan pendidikan yang berkualitas bagi masing-masing individu 4. Penyebaran fungsi pendidikan dengan teknologi telekomunikasi dan komputer 5. Pengembangan dasar pendidikan termasuk problem solving, Kreatifitas untuk belajar jangka panjang dan belajar ulang 6. Peranan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan di tuntut terus menerus 7. Perhatian terhadap pelayanan oleh mereka yang dibutuhkan atau mempunyai kesempatan untuk mendukung pekerjaan sekolah Karakteristis Manajemen Berbasis Sekolah yang di jelaskan oleh Depdiknas : 1. Adanya otonomi yang luas kepada sekolah 2. Adanya partisipasi masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi 3. Kepemimpinan sekolah yang demoktatis dan profesional 4. Adanya team work yang tinggi, dinamis dan profesional Manajemen Berbasis Sekolah ini mempunyai manfaat yang cukup baik bagi perkembangan dunia pendidikan yang moderen saat ini, salah satunya terdapat 4 sumber daya yang harus didesentralisasikan yang pada hakikatnya merupakan inti dan isi dari MBS, yaitu : 1. Power/authority 2. Knowledge 3. Information 4. reward Dalam rangka meningkatkan mutu dan kwalitas pendidikan tentu tiap-tiap sekolah terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan Mutu Pendidikan. Dunia pendidikan berhubungan dengan jasa, tentu tidaklah mudah mendefinisikan mutu jasa dibandingkan dengan mutu produk, karena karakteristik mutu jasa mencakup beberapa elemen subyektif yang penting. V. Total Quality Management Terdapat dua pertanyaan fundamental yang perlu diungkap ketika kita berusaha memahami mutu. Yang pertama adalah Produk dan kedua adalah Pelanggan. Namun jika kita amati kembali produk dari pendidikan, Peserta didik atau pelajar seringkali dianggap sebagai produk dari pendidikan. Seolaah-olah pelajar adalah hasil dari pendidikan , khususnya dengan merujuk pada penerapan disiplin dan cara bersikap di institusi-institusi tertentu. Pendidikan seakan-akan merupakan sebuah jalur produksi. Namun masalah dari pertanyaan diatas adalah sulitnya menerapkan definisi tersebut dalam dunia pendidikan yang bersifat praktis.menurut Lynton Gray diungkapkan dalam beberapa diskusi tentang masalah ini :’manusia tidak sama, dan mereka berbeda dalam situasi pendidikan dengan pengalaman, emosi, dan opini yang tidak bisa disama-ratakan. Menilai mutu pendidikan sangatlah berbeda dari memeriksa hasil produksi pabrik atau menilai sebuah jasa’.