Senin, 22 September 2014

Implementasi Pendidikan Karakter Pada Lembaga Pendidikan

Pendidikan Islam telah menjadi perhatian banyak akademisi dan para pengamat pendidikan, kehadirannya pun kian diminati oleh banyak kalangan masyarakat dalam rangka untuk mendidik putra-putri mereka agar dapat mempelajari dan memahami pendidikan keagamaan di lembaga pendidikan Islam tersebut. Dengan banyak keragaman alasan,sebagian besar masyarakat menyakini bahwa belajar dilembaga pendidikan Islam akan menghasilkan generasi yang madani. Namun ini pula yang menjadi pertanyaan sebagian banyak kalangan, apakah benar dengan mendidik anak di lembaga pendidikan Islam akan menghasilkan generasi yg madani, sesuai dengan harapan dari orang tua atau menjadi sebaliknya dan bagaimana dengan hasil dari pendidikan Islam saat ini ? Pendidikan karakter yang meliputi 18 usure (Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja karas, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Semangat kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, Cinta damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung Jawab) dimana pendidikan karakter saat ini sedang digalakan oleh pemerintah dengan tujuan agar generasi selanjutnya dapat memiliki etika dan estetika yang berkarakter kebangsaan, namun disisi lain bangsa Indonesia kini tengah dihadapi oleh berbagai kenyataan permasalahan moral yang terjadi hampir disemua lini ataupun sisi-sisi kehidupan.Tontonan berbagai masalah yg tidak terpuji dari berbagai media telah membuat kurangnya contoh serta keteladan yg baik dari setiap elemen yang terkait ataupun terlibat didalamnya. Pemerintah melalui seluruh instansi yg dibawahinya serta berbagai lembaga tinggi negara lainnya harus mampu mempertontonkan contoh moral yg baik agar generasi-generasi yg madani terlahir sempurna, sesuai dengan harapan kita semua. Sebuah kenyaatan yang tidak dapat dipungkiri, dimana tiap-tiap dari masyarakat hanya mampu mengkritisi dan beretorika namun kurang dalam implementasinya. Pendidikan Islam yang sejatinya menjadi ujung dari pendidikan agama kini kian marak dengan praktek pendidikan Agamanisasi. Proses pendidikan yang lebih cenderung dengan sistem penghafalan bukan pemahaman. Dalam hal ini bukanlah suatu kesalahan namun dengan hadirnya kemajuan zaman membuat generasi bangsa pun harus ikut berkembang baik secara pemikiran dan pendidikan. Dengan banyaknya lembaga pendidikan yang lebih mementingkan dan membanggakan sebuah hafalan dari pada pemahaman akan menjadikan generasi selanjutnya intoleransi, mereka bangga dengan kepandaiannya yang hanya melihat dari sudut yang satu. Permasalahan yang terjadi pada lembaga pendidikan Islam dewasa ini adalah dimana pendidik dengan bangga mempertunjukan kebolehan anak didik dalam menghafal surah-surah dalam Al-Quran, namun mereka lupa bahwa bukannya hanya dengan menghafal untuk menjadikan kemajuan dalam peradaban pengetahuan pendidikan Islam, melainkan esensi dan hikmah yang terkandung didalamnya hendaklah ditela’ah dan dipelajari, sehingga peserta didik tidak hanya mahir dalam penghafalan namun mereka juga mahir dalam implementasi. Berdasarkan hal tersebut menjadikan lemahnya pemahaman dari pendidikan karakter bangsa. Pada prinsipnya pendidikan karakter bangsa akan dapat terlaksana dengan baik dan berhasil jika pendidik dan semua yang terlibat didalamnya faham akan fungsi dan tujuan dari sebuah pendidikan, tentunya efektititas dan efisiensi pendidikan akan berjalan dengan penuh kesadaran dari semua yang terlibat. Dalam pendidikan Islam batasan-batasan sudah sangatlah jelas termaktub dalam Al-Quran, namun realita yang terjadi adalah kurangnya pemahaman dari pada umat muslim itu sendiri. Pendidikan Islam yang mengajarkan dan menjelaskan berbagai macam hal, kini hanya mampu di pahami dengan sistem hafalan sehingga untuk mengetahui esensi dan hakikatnya butuh kedewasaan dalam bersikap. Pendidik yang menjadi ujung tombak kemajuan dalam pendidikan hendaknya dapat menyadari betapa pentingnya perannya tersebut. Ki Hadjar Dewantoro menjelaskan bahwa pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin),pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak. Maksud dari penyataan tersebut adalah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya. Pemahaman akan pendidikan hendaknya menjadi dasar dari pendidikan di Indonesia, sehingga para pendidik tidak lagi hanya mengajarkan tentang kebiasaan namun menjadikan pembiasaan dalam dunia pendidikan. Keteladaan dan contoh harus menjadi landasan dalam karakter pendidik. Kompetensi dalam diri pendidik adalah raga sedangkan karakter dari pendidik adalah jiwa, dalam mendidik anak didik tidak hanya membutuhkan kompetensi namun juga dibutuhkan karakter pendidik. Dengan adanya kompetensi dan karakter akan menghasilkan generasi yang tentunya mempunyai karakter sesuai dengan cita-cita dan harapan bangsa. Pendidikan karakter tidak dapat diajarkan hanya dengan kebiasaan-kebiasaan semata, dimana dengan hadirnya kurikulum 2013 yang mengajarkan sistem langsung pun tidak akan efektif manakala hanya sebatas menjalankan perubahan dari kurikulum tersebut. Perubahan akan terjadi bermula dari pola fikir dan kesadaran dari setiap elemen yang terlibat didalamnya. Sehingga pendidikan yang sejati akan dapat berjalan dengan efektif dan efisien tanpa ada kontaminasi pemikiran yang tidak bertujuan pada kualitas hasil dari pendidikan. Begitu pula dengan dunia pendidikan Islam masa kini hendaknya kembali pada pemahaman yang lebih mendalam sehingga hasil dari pendidikan Islam mampu menghasilkan generasi-generasi yang dapat saling menghargai, dapat bertoleransi, mempunyai rasa saling menolong dan seterusnya,sehingga karakter dari bangsa ini pun tidak harus tergadai dengan hadirnya kemajuan zaman yang berselimutkan Hak Asasi Manusia. Pendidikan Islam bukanlah Pendidikan Agamanisasi melainkan pendidikan yang mampu mengasilkan generasi-generasi yang islami dan madani sesuai dengan Al-Quran dan As-sunah, generasi yang mampu menghargai nilai-nilai kebangsaan dan menjadikan kemajuan bangsa dan negara. Karena mencintai tanah air artinya kita dapat mensyukuri segala anungrah yang telah diberikan kepada manusia sebagai kholifah di muka bumi. Jika kita membali melihat sejarah hadirnya Nabi Muhammad SAW dimuka bumi ini untuk memperbaiki akhlak manusia. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti ini ada dalam Al-Quran dan jelas di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya jika manusia dapat menjalani kehidupan dengan berdasarkan Al-Quran dan As-Sunah maka akan berjalan dengan baik sesuai dengan perintah dan ajaran agama islam. Manusia yang mampu mengendalikan akal fikiran dan hati akan melahirkan moral dan etika yang terlahir dengan baik dan dapat menjadi keteladanan umat. Hadist Riwayat Bukhari-Muslim : “Sebaik-baiknya kamu adalah yang terbaik akhlak budi pekertinya” (H.R.Bukhari-Muslim) Akhlak dan budi pekerti itu adalah contoh nyata yg dapat menjadi tauladan bagi kita serta generasi-generasi selanjutnya.,jika ia buruk maka buruk pulalah hasilnya.,jika ia baik maka akan baik pulalah hasilnya.