Kamis, 12 Februari 2015

Fenomena Cinta Yang Berawal dan Berakhir dari Ilahi

Fenomena Cinta Fenomena Cinta yang merebak dewasa ini dengan hadirnya tanggal 14 februari menjadi simbol para pencinta sebagai hari kasih sayang atau yang dikenal dengan Valentin Day. Hal ini pula yang menjadikan perbedaan penafsiran antar remaja dalam memahami arti cinta. Berbicara tentang cinta seperti seniman, sufi dan yang lainnya mendeskripsikan dengan beraneka ragam dan simbolnya. Cinta merupakan anugrah yang Allah SWT berikan kepada setiap insan yang ada di dunia. Kelahiran anak manusia tidak luput dari cinta yang Allah SWT berikan kepada hambanya., Cinta merupakan keindahan yang dirasa, hadirnya membawa warna dalam kehidupan. Semua yang ada dan semua yang Allah SWT ciptakan itu tanda cinta kepada tiap-tiap makhluknya, pergeseran arti cinta menjadikan cinta bak sebuah misteri. Dengan adanya cinta menjadikan semua begitu indah dan mudah, dengan cinta manusia mampu menjalankan dengan penuh kegembiraan dan tanpa beban. Namun dari keindahan cinta tersebut banyak pula yang mengartikan cinta dengan sudut pandang yang negatif dan tidak sedikit pula yang menyalahkan cinta saat terjebak dalam kesalahan. Apakah cinta yang salah? Cinta tidak pernah salah melainkan manusianyalah yang mengartikan cinta dari sudut pandangnya. Sejatinya cinta akan selalu membawa manusia kedalam kesejatian dan kemurnian cinta itu sendiri, segala yang dilakukan saat didasari atas nama cinta akan berdampak baik dalam hasilnya jika cinta itu dikembalikan kepada pemilik cinta. Banyak sekali fenomena yang terjadi dalam mengexpresikan cinta sebagai anugrah ilahi yang tak terbatas. Dengan adanya kekaguman terhadap tumbuhan, bebatuan, hewan dan mencintai sesama manusia. Para Pencinta Dunia Cinta yang merupakan anugerah yang Allah SWT berikan akan menjadikan manusia lupa akan hakikat dan esensi dari cinta tersebut, karena terpesona dan terbuai akan keindahan dan kenikmatan dari rasa cinta yang dirasakan sehingga menjadikan akal, hati dan jiwanya terpenjara oleh keindahan cinta, yang pada akhirnya menjadikan manusia tertawan oleh cintanya. Semakin besar cinta pada makhluk ciptaan menjadikan manusia lupa pada pemberi cinta itu sendiri, saat lupa merajai diri manusia maka mereka akan tertawan oleh harta bendanya, pasangannya, anaknya, kedudukannya atau kekuasaannya. Mereka pun pada akhirnya bergantung pada hal-hal yang bersifat duniawi, sehingga melupakan akan keberadaan Tuhan yang menciptakan cinta itu dalam dirinya. Firman Allah SWT Q.S. al-Baqarah ayat 18 : صُمٌّۢ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ Artinya : Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali. Mata tak mampu lagi melihat, mulut tak mampu lagi berbicara, telinga pun tak mampu lagi mendengar kebenaran yang Tuhan berikan kepada dirinya. Saat semua sudah tersandra dalam kesemuan cinta akan menjadikan manusia itu menurun keimanannya terhadap Tuhannya. Sesungguhnya dengan tidak memanfaatkan segala Indera yang Tuhan berikan kepada dirinya akan menutup mata dari nilai-nilai spiritual dan menjadikan pemuasaan nafsu hewani sebagai satu-satunya tujuan hidup dan pada akhirnya mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari nikmat duniawi. Semua nikmat dan anugerah yang Tuhan berikan kepada diri kita hendaknya menjadikan kita selalu bersyukur dan mengingat akan kuasanya, semakin besar rasa syukur yang kita rasakan dengan mengembalikan semuanya dengan cinta akan menjadikan kita manusia yang beruntung, semakin banyak rasa syukur kita maka Tuhan pun akan memberikan nikmat yang lebih banyak lagi. Maka sesungguhnya nikmat manalagi yang harus kita dustai, saat Tuhan sudah memberikan beraneka ragam nikmat dan anugerah atas dasar cinta kepada mahluknya. Tuhan memberikan udara tanpa harus dibeli, memberikan mata, memberikan akal, memberikan hati, memberikan jiwa dan lain sebagainya. Tuhan memberikan segalanya kepada mahluknya hanya untuk di nikmati dan disyukuri sebagai bentuk keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan sang maha pencipta. Saat kita tak mampu lagi menggunakan segala nikmat dan anugerah tersebut sebagai rasa syukur kita ke Tuhan, maka kita pun sudah mendzalimi diri kita sendiri dengan tidak bersyukur dengan semua yang Tuhan berikan. Manusia yang dianugerahi kemampuan berfikir dalam menentukan pilihan dan keputusan dalam kehidupannya, dimana tiap keputusan tersebut akan berdampak dalam menentukan apa yang akan dikerjakan di dunia ini. Saat manusia menggadaikan dirinya sebagai tawanan dunia sesungguhnya dia telah menukar kenikmatan akhirat yang kekal abadi dengan kehidupan yang fana di dunia. Allah berfirman Q.S. Al-Taubah : 38 Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila dikatakan kepada kamu, "Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah," kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Kondisi yang paling buruk ketika berhubungan dengan manusia dan Tuhannya adalah ketika kondisi atau situasi seorang anak manusia tidak memiliki tujuan apapun kecuali memuaskan rasa keinginan nafsunya terhadap ciptaan Tuhan lainnya. Dunia adalah kefanaan dan tidak abadi mengapa manusia terkadang melupakannya hanya karena bentuk cinta kepada dunia itu sendiri. Mengapa manusia terkadang lalai dan melupakan fungsi akal sebagai kesempurnaan dirinya sebagai khalifah dimuka bumi ini, mengapa manusia rela menjadi tawanan atas cintanya didunia. Sesungguhnya manusia adalah mahluk yang sempurna maka hendaknya jangan biarkan jiwa, hati dan fikirnya menjadikan diri mereka tergila-gila oleh daya pikat atau tawanan dari cintanya. Ingatlah akan tujuan Tuhan menciptakan segalanya semua atas dasar cinta untuk hambanya. Allah SWT dan Pujian Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya (Al-'Ahzab Ayat 41) Allah SWT sangat menyukai pujian, dengan memuji Allah SWT kita membiasakan untuk selalu mengingat dan dekat dengannya.Segala pujian yang kita berikan kepada sang khalik adalah bentuk rasa syukur kita dan mencintai segala nikmat dan anugerah yang diberikan kepada hambanya. Semakin banyak kita memuji dan mengingat akan Dzat dan Sifatnya menjadikan kita sealu dekat dan menjadikan kita sebagai manusia yang bertakwa. Dalam Islam, takwa merupakan posisi yang paling penting, mukmin yang bertakwa dianggap sebagai manusia yang terhormat dan istimewa. Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti (SQ. Al-Hujurat Ayat 13 ) Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. (Q.S 65 : 2-3) Sungguh beruntung dan berbahagialah kepada manusia-manusia yang bertakwa karena Allah SWT menjanjikan kepadanya jalan keluar dari segala permasalahan yang dihadapinya didunia ini. Dengan selalu berserah dan mengingat Allah SWT dalam setiap tindakan adalah bentuk cinta manusia kepada Tuhannya, dan Allah SWT tidak akan pernah mengabaikan rasa cinta yang hambanya berikan kepadanya.

Tidak ada komentar: