Minggu, 19 Juli 2015

Eksistensi Manusia (2)

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang memiliki keunggulan dari makhluk Tuhan lainnya. Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai kholifah, pengetahuan yang dimiliki oleh manusia merupakan potensi yang di anugrahkan sebagai modal kehidupan di dunia. Manusia memiliki keberagaman fakta dan parameter dalam eksistensinya, eksistensi berawal dari debu tak berarti yang tidak berperasaan dan tidak berindera, kemudian pada akhirnya berhenti dalam bentuk permata berharga yang tidak ternilai harganya. Manusia memiliki dua aspek eksistensi dalam dirinya. Aspek eksistensi yang dimiliki manusia yaitu manusia memiliki tubuh fisik dan juga sebuah nama serta aspek lainnya seperti instink hewani. Namun dari kesemua itu manusia adalah makhluk yang memiliki nilai – nilai kebajikan yang sangat tinggi yang tidak dimiliki dan ditemukan pada hewan ataupun binatang pada umumnya,sehingga manusia dapat dikatakan pula sebagai makhluk yang misterius, karena kita tidak akan mudah mengetahui kepribadian manusia itu secara utuh dan sederhana.Kepribadian manusia sewaktu-waktu dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang mempengarui dirinya. Akal, Hati atau Syahwat akan mempengaruhi diri manusia dalam mengambil setiap keputusan dalam kehidupannya. Kenyataan bahwa para malaikat mengetahui bahwa manusia adalah makhluk yang hanya akan membuat kehancuran serta pertumpah darahan didunia telah menjadikan manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang berbeda. Sesungguhnya Allah SWT mengatahui apa yang tidak diketahui oleh hambaNya. Dalam memahami eksistensi diri manusia, manusia memiliki hubungan yang sangat rumit dalam prilaku dirinya selaku manusia. Manusia akan berhubungan dengan hubungan yang ada didalam dirinya, saat kebijaksanaan, pikiran dan pendapat itu hadir dalam diri manusia, maka itu menunjukan sifat kemanusianya yang mulia. Sehingga seseorang akan memiliki beberapa karakter yang berbeda didalam diri pribadinya,yang dimana karakter tersebut itu terbentuk dikarenakan terjadinya hubungan antara sifat yang ada didalam diri manusia itu sendiri. Diri yang berhubungan dengan tubuh fisik , diri yang berhubungan dengan instink bintang dan diri manusiawinya. Dari semua hubungan tersebut, diri yang paling berharga adalah diri manusiawinya. Apa yang menjadikan manusia sebagai “kholifah Allah” dimuka bumi dan yg membedakan dengan makhluk lainnya adalah “Ruh” Ilahi yang telah ditiupkan ke dalam eksistensinya oleh Allah SWT, kemudian disebut Jiwa Manusia. Firman Allah dalam Al Qur’an : "Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim), kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik." (QS.23 : 12-14) Maka disaat manusia ingin membangun dirinya menjadi manusia yang berharga, hendaknya manusia memahami akan dirinya dan tentunya harus membangun diri manusianya, bukan hewani atau diri fisiknya. Manusia yang tidak melupakan akan dirinya sebagai diri manusiawinya dan tidak mengorbankan diri manusiawinya untuk memenuhi hasrat dan hawa nafsu diri hewaninya akan termasuk golongan manusia yang beruntung, begitu pun sebaliknya saat manusia mengorbankan diri manusiawinya untuk memehuni hasrat dan hawa nafsu diri hewaninya, maka manusia tersebut akan mendapatkan kerugian yang mengerikan dari apa yang dikerjakan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an : "Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (SQ. 39 :15) Manusia yang dapat memuliakan dirinya akan menjadi manusia yang sempurna dan manusia yang dekat dengan Allah SWT. Manusia yang memiliki kemisteriusan dalam dirinya akan memiliki hubungan erat dengan sejarah dalam kehidupannya yang mempengaruhi kepribadiannya. Pengalaman kehidupan dirinya akan sangat mempengaruhi diri manusia itu sendiri, semakin banyak pengalaman yang diketahuinya akan semakin banyak latar belakang yang akan membentuk kepribadian seorang manusia. Pergerakan dalam diri manusia menjadikan manusia dapat menentukan pilihan yang akan menjadikan esensi inner-nya. Esensi dari inner-nya juga dapat menuju kebahagiaan, kesempurnaan dan pencerahan atau bergerak menuju kesengsaraan, kekejaman dan kegelapan yang amat sangat, semua tergantung dari diri manusia itu sendiri dalam memilih dan menentukan hubungan dengan dirinya. Potensi yang telah diberikan Allah SWT sebagai “kholifah Allah” dimuka bumi ini, akan menentukan langkah dan kepribadian yang akan dijalankan oleh dirinya sendiri. Manusia akan disibukkan dengan segala keputusan yang ditentukan oleh dirinya sendiri dalam usaha menghidupi dirinya didunia dan mengumpulkan bekal kehidupan untuk hari kemudian. Manusia diberi kebebasan dalam menentukan dan memilih apa yang akan dilakukan dan dikerjakannya, namun yang perlu diingat adalah apapun yang dilakukan dan dikerjakan oleh manusia semua akan kembali kepada manusia itu sendiri. Kebaiakan akan mendapat kebaikan dan keburukan akan mendapatkan keburukan dari hasil yang telah dibuat oleh manusia itu sendiri. Allah pun menjelaskan didalam Al-Qur’an : "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, Maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, Maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. "(QS. 45 : 15) Dan diayat lain juga Allah SWT menjelaskan berkaitan dengan balasan dengan perbuatan dari manusia didalam Surat Al-Zalzalah : "Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula." (SQ. 99 :7-8) Allah SWT telah memberikan potensi dalam diri manusia untuk menentukan apa yang ingin dipilih oleh diri manusia itu sendiri,sehingga menjadi pola fikir kepercayaan serta pemikiran didalam dirinya untuk menjadi prilaku dan kebajikan serta lain sebagainya. Semua bersumber dari cara manusia itu berfikir dan memaksimalkan apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Manusia yang dapat menentukan pilihan yang terbaik dan menghasilkan inner-nya akan menjadikan manusia mulia dari cahaya yang terpancar sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini. Nilai-nilai kebajikan manusia akan tercermin dari sikap dan perbuatan yang di pilih oleh dirinya, manusia mempunyai dua tipe diri : diri manusiawi dan diri hewani, tetapi nilai dari kemanusian berhubungan dengan diri manusiawinya tidak ada hubungannya dengan diri hewaninya. Namun diri hewani merupakan sejenis wujud parasit atau tamu yang tidak diundang dan pada kenyataannya merupakan ketidaksadaran diri. Meskipun demikian diri hewani ini diciptakan dengan maksud dan tujuan agar dapat menggunakan dan memerintahkan eksistensi hewaninya untuk menyempurnakan eksistensi manusiawinya. Dengan adanya ujian dan tantangan yang membutuhkan pilihan dalam bertindak akan memfungsikan pontensi yang telah dianugrahkan sehingga menjadi manusia sempurna. Kesempunaan manusia karena ketidaksempurnaannya, dengan berangsur-angsur makhluk yang tidak sempuna dapat menjadi sempurna. Keyakinan, pemikiran, kebajikan, keinginan, perbuatan dan amalnya akan membangun identitas yang sebenarnya. Kebajikan dan sifat-sifat yang terjadi didalam kepribadian manusia bukanlah sesuatu dari luar yang bisa ditambahkan pada eksistensinya dengan cara tiba-tiba, karena pada dasarnya manusia itu sendirilah yang membina dan mengembangkan sendiri identitas eksistensinya dari dalam dirinya sendiri,sehingga menjadi motivasi yang lebih baik dan secara berangsur-angsur menjadikan manusia tersebut menjadi sempurna.

Tidak ada komentar: