Kamis, 26 Maret 2015

Kedamaian

"Islam dan manusia" Islam mengajarkan kedamaian, islam mengajarkan kebersamaan, islam mengajarkan kasih sayang, islam adalah agama penyempurna. Dalam pandangan islam manusia dijadikan makhluk yang paling sempurna diantara makhluk tuhan lainnya. Indera, akal dan intusi yang dimiliki manusia adalah sumber pengetahuan yang dianugrahkan Allah SWT kepada manusia. Dengan anugrah tersebut manusia mampu mengembangkan pengetahunnya menjadi ilmu pengetahuan yang dapat menjadikan dunia sejahtera dan damai. Pengetahuan yang dikembangakan oleh manusia dengan berbagai macam pendekatan dan metode hendaknya menjadi kan manusia lebih bijaksana dalam menghargai segala ciptaan Allah SWT sang maha mencipta, karena sesungguhnya apa yang dimiliki manusia adalah milik sang maha kuasa yang maha mengatahui dan maha bijaksana. Namun jika kita lihat kembali dengan kondisi saat ini, apakah dunia kita damai atau sebaliknya. Bagaimana dengan manusia yang menjadi salah satu objek penghuni dunia dan pemimpin di muka bumi, apakah mampu menyebarkan kebaikan dan kesejahteraan bagi makhluk tuhan lainnya ataukah berapa banyak kerusakan yang terjadi di dunia hanya karena kepentingan manusia. Kepentingan pribadi dan golongan yang menumpahkan darah dan kerusuhan membuat dunia semakin tak bermakna, ilmu pengetahuan yang seharusnya menjadikan kebaikan untuk kelangsungan makhluk ciptaan Allah SWT kini menjadi mobilisasi para pemilik kepentingan yang hanya mencintai duniaNya dan lupa dengan penciptanya. Kesejatian dari ilmu pengetahuan yang menjadikan kecangihan teknologi saat ini menghantar kita pada peradaban moderen. Kemudahan demi kemudahan tidak menjadikan manusia semakin bijaksana dalam bersikap melaikan menjadikan manusia menjadi arogasi dan individual dalam bersikap. Lunturnya kesejatian tersebut mambuat dunia ternodai dengan sikap dan keegoan manusia yang ingin menguasai segalanya, dengan atas nama agama, suku atau pun Negara. Kini kita dihadapi dengan berbagai macam masalah social, manusia yang seharusnya menjadi kholifah di dunia hendak mampu menyelesaikan berbagai permasalahan social dengan bermodalkan sumber pengetahuan yang di anugrahi kepadanya. Indera, akal dan intusi jika dimaksimalkan oleh tiap-tiap individu tanpa ada kepentingan pribadi atau golongan akan mampu mengembangkan pengetahuan untuk menyelesaikan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup. Manusia mampu menciptakan ide-ide baru yang dikembangkan serta direlisasikannya, karena manusia hidup bukan hanya sekedar hidup untuk memenuhi kelangsungan hidup semata, namun lebih dari itu. Manusia mampu mengembangkan kebudayaan, manusia mampu memberi makna kepada kehidupan, manusia memanusiakan diri dalam hidupnya. Perbedaan pemahaman dan aliran yang ada dalam kehidupan manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hendaknya disikapi dengan bijaksana karena sesungguhnya perbedaan adalah rahamat yang Allah SWT berikan kepada manusia, manusia yang mencintai kebijaksanaan akan menghantarkan dunia pada kedamian dan kebersamaan dalam hidup di dunia. Manusia dapat saling menghargai, menghormati dan berkasih sayang, karena sesungguhnya apa yang Allah SWT ciptakan bukan untuk dihancurkan atau disia-siakan melainkan untuk dijaga dan dipelihara keberadaannya. "Indera, Akal dan Hati (intuisi)" Indera merupakan sumber pengetahuan yang tentunya penting bagi manusia, dengan panca indra manusia dapat melihat, mendengar, merasa, meraba serta mencium segala yang ada dengan nyata. Secara sepintas indera sudah mencukupi kebutuhan manusia untuk mendapatkan pengetahuan, namun apakah indera telah cukup memenuhi kebutuhan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tentunya tidak karena indera masih memiliki kekurangan dan batasan dalam mengetahui apa yang sesungguhnya diketahui olehnya. Maka untuk itu manusia membutuhkan akal. M. Quraish shihab berpendapat bahwa akal adalah utusan kebenaran, ia adalah kendaraan pengetahuan, pohon yang membuahkan istiqomah dan konsistensi dalam kebenaran. Al-Quran menamai ‘aql (akal) secara harfiah berarti tali, yakni yang mengikat nafsu manusia dan menghalanginya terjerumus ke dalam dosa , pelanggaran dan kesalahan. Akal merupakan anugrah yang khusus diberikan Allah SWT pada manusia. Hanya makhluk tuhan yang disebut manusia yang diberikan akal sebagai bahan penalaran dan berfikir tentang apa yang ada dan diciptakan oleh sang maha pencipta. Berfikir merupakan suatu kegiatan untuk dapat menemukan pengetahuan yang benar, kelebihan yang paling istimewa dari akal terletak pada kecakapan atau kemampuannya untuk menangkap esensi dari sesuatu yang diamati atau dipahaminya. Ketika manusia memahami esensi maka manusia bukan lagi membicarakan tentang objek a atau b, melainkan berbicara tetang pengertian yang lebih universal. Pamahaman manusia yang lebih luas merupakan modal awal untuk mengkaji apa yang ada dan diciptakan bukan hanya berdasarkan apa yang terlihat, terdengar, terasa, teraba atau pun tercium dengan nyata, karena hakikatnya apa yang ada dan diciptakan tentunyakan menjelasakan segalanya secara menyeluruh dan mendalam. Dengan berdasarkan hal tersebut manusia akan dapat bersikap bijaksana dalam menyikapi segala pemahan dan perbedaan yang ada, karena sesungguhnya semua yang di pahami oleh manuia bersumber dari nalar yang berfungsi memahami secara menyeluruh dan mendasar. Dengan akal manusia bisa menyimpulkan jutaan “makna” atau “pemahaman” tentang berbagai macam objek yang dipahami dan Akal memang sangat kompeten untuk memahami yang disebutkan “pengalaman fenomenal” tetapi akal tidak mampu mamahami tetang “pengalaman eksistensial”. Maka untuk membantu manusia memahami pengalaman eksistensial maka manusia membutuhkan hati (intuisi), akal tidak akan mampu menjelaskan tetang cinta, pengalaman yang langsung dapat dirasakan bukan yang dikonsepsikan. Dengan hati manusia mampu memahami apa yang tidak masuk akal dan mungkin dianggap aneh, namun itulah kelebihan dari hati (intuisi) mampu menjelaskan apa yang tidak mampu dijelaskan oleh akal dan indera. Hati (intuisi) mampu melihat dan menghayati setiap peristiwa apapun sebagai peristiwa yang istimewa dan dengan hatilahh manusia mampu mempunyai kemampuan untuk mengenal objeknya secara lebih jelas, akrab dan langsung. Maka dapat disimpulkan bahawa akal (al-aql) adalah fungsi hati, sedangkan hati adalah organ ruh. "Manusia dan potensi anugrahnya" Firman Allah dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 78 "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." Berdasarkan yang telah dibahas sebelumnya dan firman Allah SWT tersebut diatas maka jelaslah bagaimana Allah SWT telah memberikan segala potensi yang luar biasa kepada manusia sebagai kholifah di muka bumi, dengan anugrah dan potensi yang besar tersebut menjadikan kesempurnaan bagi manusia diantara mahluk tuhan lainnya. Jika Allah SWT percaya kepada manusia untuk menjadi kholifah di muka bumi, maka sudah seharusnya manusia mampu menjadi teladan dan memanusiakan dirinya sehingga dapat mengembangkan apa yang sudah seharusnya ditugaskan dan diamanahkan kepadanya. Manusia dengan segala yang ada dan potensi tersebut sudah seharusnya mengejawatahkan ajaran agama islam yang kaffah dan menyempurnakan kedamaian dan keindahan sebagai landasan kehidupan yang saling melengkapi dan menyempurnakan sehingga kehidupan didunia dapat saling berdampingan yang satu dengan yang lain, makhluk satu dengan yang lain, manusia yang satu dengan yang lain, dan lain sebagainya. Sesunggunya Allah SWT mencintai keindahan dan dengan keindahan serta kedamaian semua perbedaan akan berjalan dengan berdampingan, karaena berbedaan adalah rahmat bagi seluruh umat.

Tidak ada komentar: